Ada Apa Dengan Curhat? | for everyone |
Bismillahirrahmanirrahiim
Seorang teman pernah berkata bahwa curhat adalah sebuah terapi yang dapat membantu meringankan beban hidup yang dihadapi karena berbagai persoalan. Dengan curhat seolah kita sedang melepaskan beban yang banyak dan menyesakkan untuk sesat menarik nafas. Satu per satu disusun kembali beban-beban itu untuk kemudian diselesaikan satu per satu. Dengan curhat kita bisa bercerita semua keluh kesah sehingga melapangkan hati.
Aku tidak memungkiri bahwa hal itu benar dan bahkan aku pernah melakukan dan merasakan khasiat dari curhat. Curhat memberikan energi baru yang dapat membuat hati dan pikiranku lebih jernih. Ketika hati dan pikiranku jernih hal ini akan membangkitkan energi positip yang membentuk rasa optimisme bahwa segalanya akan berjalan dengan baik. Ketika energi positip itu terpancar maka akan disambut pula dengan energi positip dari lingkunganku sehingga menjadi satu rantai yang kokoh yang tidak akan mudah terberai.
Aku menyadari bahwa manusia makhluk yang banyak keterbatasannya bahkan dari semua sisi manusia memiliki kelemahan. Sekuat-kuatnya kaki kita menopang badan ini toh akan bengkak juga jika terlalu lama berdiri. Seperkasa-perkasanya tubuh kita toh kita butuh tidur. Segemuk-gemuknya badan tetap masih memerlukan makan dan sekurus-kurusnya orang pasti punya batas kenyang dalam makan. Itu semua adalah fitrah sehingga dengannya manusia dibuat memiliki rasa ketergantungan dimana dengannya manusia akan mengkomunikasikan sehingga segala keterbatasan yang dimiliki tetap membuatnya dapat hidup dengan normal.
Salah satu bentuk komunikasi itu adalah curhat. Curhat biasanya dilakukan untuk hal-hal yang menyangkut permasalah pribadi yang terlarang tercium oleh khalayak kecuali si teman curhat. Curhat menurutku seperti zat adiktif, artinya dapat membuat si pelaku curhat memiliki rasa ketergantungan terhadap teman curhatnya. Biasanya hal ini terjadi apabila si teman curhat dapat menjadi telinga yang baik dan ikut membantu memberikan komunikasi timbal balik yang sesuai dengan apa yang diharapkan si pencurhat. Jika sudah demikian si pencurhat akan senantiasa menghubunginya setiap mempunyai hal-hal yang ingin diceritakan baik itu permasahan pribadinya atau yang lainnya.
Siapa saja yang dapat menjadi teman curhat yang paling dapat memahami perasaan si pencurhat? Pacar, teman, orang tua, saudara kandung, pacar orang, suami atau istri ? Siapa pun itu yang perlu diingat ketika curhat dilakukan secara tidak sadar kita sedang mentransfer hal yang ada dalam diri si pencurhat (biasanya masalah pribadi) kepada teman curhat. Artinya si pencurhat harus tahu betul kondisi si teman curhatnya apakah dia siap menerima transferan masalah. Hal dasar yang harus dimengerti juga bahwa setiap manusia memiliki masalah masing-masing. Sehingga ketika curhat dilakukan berarti si teman curhat sedang menambah deretan masalah drinya dengan masalah si pencurhat.
Kalau seperti ini analisanya berarti curhat termasuk perbuatan yang merugikan orang. Tidak seperti itu juga. Segala sesuatu yang sifatnya hubungan sesama manusia asal keduanya ikhlas dan tidak merasa ada pihak yang dirugikan, ya, silahkan saja. Ada kata kunci disini, ikhlas dan tidak ada pihak yang dirugikan. Artinya si pencurhat harus tahu betul siapa teman curhatnya dan jangan menentukan sepihak. Jangan mentang-mentang seseorang itu pintar lalu kita bisa bercerita dari hati ke hati dengannya. Cari tahu apakah orang tersebut bersedia atau tidak, ikhlas menjadi telinga buat kita atau tidak? Karena bisa jadi orang tersebut merasa tidak nyaman dengan cerita kita. Begitu pula dengan si teman curhat. Dia harus benar dalam memberikan respon, ikhlas menjadi teman curhat atau tidak. Jangan sampai membohongi diri yang pada akhirnya akan membuat dirinya tidak nyaman dengan curhatan-curhatan si pencurhat.
Satu lagi, tidak ada pihak yang dirugikan. Itu penting sekali. Baik itu antara si pencurhat dengan teman curhatnya ataupun dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan keduanya. Apalagi sampai menimbulkan fitnah, harus benar-benar dihindari. Biasanya terjadi jika sudah melibatkan pihak ketiga.
Mungkin dari pemaparan ini yang namanya curhat terkesan ribet dan rumit. Kalau aku pikir terkadang memang seperti itu. Apa karena aku membuatnya terlampau ribet dan rumit? Mungkin ini yang menjadi alasan kenapa diriku sangat membatasi bercerta tentang pribadiku kepada orang lain. Jika tidak pandai memilih teman curhat bisa-bisa aku menelanjangi diriku dengan paparan aib yang setumpuk, itu pikirku.
Kenapa aku sangat membatasi curhat? Aku tidak mau terlihat lemah meski manusia itu penuh banyak kelemahan. Aku tidak mau menunjukkan kesusahan sehingga akan mengundang iba walaupun manusia itu penuh keluh kesah. Aku tidak mau orang lain terbebani dengan urusan dan permasalahan pribadiku sementara urusan dan permasalahannya setumpuk. Aku tidak mau ketergantungan dengan kuping orang lain. Aku harus membangun sikap positif diriku sendiri bahwa aku bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membebani orang lain.
Kenapa aku sangat membatasi curhat dengan orang lain? Karena aku mempunyai Tuhan yang kesabaran-Nya tanpa batas. Terkadang teman curhat adakalanya bosan dengan curhatanku. Tapi Tuhan dengan kasih sayang-Nya akan memberikan kelapangan bagi jiwaku dengan jalan-jalan petunjuk-Nya. Dia yang tidak pernah tertidur. Dia yang Maha Tahu atas segala sesuatu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.
Ada sebuah ironi yang menjadi karakter manusia. Otak kita sudah terkonsep jika ban motor bocor maka yang pertama kali terpikir adalah tukang tambal ban. Jika fisik kita sakit yang terpikir dalam otak kita adalah dokter. Tapi ketika kita mempunyai masalah apakah Tuhan yang ada dikepala kita?
Sebagai penutup kiranya ada beberapa orang yang perlu diperhatikan tentang kriteria teman curhat, terlebih ketika iman sedang tipis (nasihat untuk diri sendiri). Pertama, lawan jenis. Seorang teman pernah menasihati bahwa menghindari fitnah harus didahulukan daripada mengambil manfaat. Lawan jenis memang konduktor yang bagus untuk penghantar fitnah. Setegas apapun kita menyatakan bahwa semua yang terjadi masih dalam koridor tapi Tuhan lebih tahu isi hati kita. Kedua, orang yang sudah berkeluarga. Fitnahnya akan lebih dasyat dari yang pertama. Seorang teman pernah memberikan nasihat apabila kita mempunyai urusan dengan seseorang yang sudah berkeluarga maka mintalah izin kepada pasangannya terlebih dahulu. Apabila pasangannya sudah memberikan izin maka jadikanlah pasangannya itu sebagai saksi dari pada urusan kita dengannya. Dan jangan ditunaikan urusan itu jika pasangannya tidak meridhainya jika urusan itu hanya masalah pribadi. Sehingga wajar terjadi jika seorang pasangan cemburu bahkan mencurigai pasangannya karena kedekatannya dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan apapun. Possessive kah? Ada baiknya pertanyaan itu dibalik, "Benarkah tindakanku?"
Wallahu'alam
Note: Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi jadi sifatnya lebih subyektif. Tidak ada larangan untuk berbeda pendapat ataupun sependapat. Yang penting persaudaraan tetap dijaga.
Seorang teman pernah berkata bahwa curhat adalah sebuah terapi yang dapat membantu meringankan beban hidup yang dihadapi karena berbagai persoalan. Dengan curhat seolah kita sedang melepaskan beban yang banyak dan menyesakkan untuk sesat menarik nafas. Satu per satu disusun kembali beban-beban itu untuk kemudian diselesaikan satu per satu. Dengan curhat kita bisa bercerita semua keluh kesah sehingga melapangkan hati.
Aku tidak memungkiri bahwa hal itu benar dan bahkan aku pernah melakukan dan merasakan khasiat dari curhat. Curhat memberikan energi baru yang dapat membuat hati dan pikiranku lebih jernih. Ketika hati dan pikiranku jernih hal ini akan membangkitkan energi positip yang membentuk rasa optimisme bahwa segalanya akan berjalan dengan baik. Ketika energi positip itu terpancar maka akan disambut pula dengan energi positip dari lingkunganku sehingga menjadi satu rantai yang kokoh yang tidak akan mudah terberai.
Aku menyadari bahwa manusia makhluk yang banyak keterbatasannya bahkan dari semua sisi manusia memiliki kelemahan. Sekuat-kuatnya kaki kita menopang badan ini toh akan bengkak juga jika terlalu lama berdiri. Seperkasa-perkasanya tubuh kita toh kita butuh tidur. Segemuk-gemuknya badan tetap masih memerlukan makan dan sekurus-kurusnya orang pasti punya batas kenyang dalam makan. Itu semua adalah fitrah sehingga dengannya manusia dibuat memiliki rasa ketergantungan dimana dengannya manusia akan mengkomunikasikan sehingga segala keterbatasan yang dimiliki tetap membuatnya dapat hidup dengan normal.
Salah satu bentuk komunikasi itu adalah curhat. Curhat biasanya dilakukan untuk hal-hal yang menyangkut permasalah pribadi yang terlarang tercium oleh khalayak kecuali si teman curhat. Curhat menurutku seperti zat adiktif, artinya dapat membuat si pelaku curhat memiliki rasa ketergantungan terhadap teman curhatnya. Biasanya hal ini terjadi apabila si teman curhat dapat menjadi telinga yang baik dan ikut membantu memberikan komunikasi timbal balik yang sesuai dengan apa yang diharapkan si pencurhat. Jika sudah demikian si pencurhat akan senantiasa menghubunginya setiap mempunyai hal-hal yang ingin diceritakan baik itu permasahan pribadinya atau yang lainnya.
Siapa saja yang dapat menjadi teman curhat yang paling dapat memahami perasaan si pencurhat? Pacar, teman, orang tua, saudara kandung, pacar orang, suami atau istri ? Siapa pun itu yang perlu diingat ketika curhat dilakukan secara tidak sadar kita sedang mentransfer hal yang ada dalam diri si pencurhat (biasanya masalah pribadi) kepada teman curhat. Artinya si pencurhat harus tahu betul kondisi si teman curhatnya apakah dia siap menerima transferan masalah. Hal dasar yang harus dimengerti juga bahwa setiap manusia memiliki masalah masing-masing. Sehingga ketika curhat dilakukan berarti si teman curhat sedang menambah deretan masalah drinya dengan masalah si pencurhat.
Kalau seperti ini analisanya berarti curhat termasuk perbuatan yang merugikan orang. Tidak seperti itu juga. Segala sesuatu yang sifatnya hubungan sesama manusia asal keduanya ikhlas dan tidak merasa ada pihak yang dirugikan, ya, silahkan saja. Ada kata kunci disini, ikhlas dan tidak ada pihak yang dirugikan. Artinya si pencurhat harus tahu betul siapa teman curhatnya dan jangan menentukan sepihak. Jangan mentang-mentang seseorang itu pintar lalu kita bisa bercerita dari hati ke hati dengannya. Cari tahu apakah orang tersebut bersedia atau tidak, ikhlas menjadi telinga buat kita atau tidak? Karena bisa jadi orang tersebut merasa tidak nyaman dengan cerita kita. Begitu pula dengan si teman curhat. Dia harus benar dalam memberikan respon, ikhlas menjadi teman curhat atau tidak. Jangan sampai membohongi diri yang pada akhirnya akan membuat dirinya tidak nyaman dengan curhatan-curhatan si pencurhat.
Satu lagi, tidak ada pihak yang dirugikan. Itu penting sekali. Baik itu antara si pencurhat dengan teman curhatnya ataupun dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan keduanya. Apalagi sampai menimbulkan fitnah, harus benar-benar dihindari. Biasanya terjadi jika sudah melibatkan pihak ketiga.
Mungkin dari pemaparan ini yang namanya curhat terkesan ribet dan rumit. Kalau aku pikir terkadang memang seperti itu. Apa karena aku membuatnya terlampau ribet dan rumit? Mungkin ini yang menjadi alasan kenapa diriku sangat membatasi bercerta tentang pribadiku kepada orang lain. Jika tidak pandai memilih teman curhat bisa-bisa aku menelanjangi diriku dengan paparan aib yang setumpuk, itu pikirku.
Kenapa aku sangat membatasi curhat? Aku tidak mau terlihat lemah meski manusia itu penuh banyak kelemahan. Aku tidak mau menunjukkan kesusahan sehingga akan mengundang iba walaupun manusia itu penuh keluh kesah. Aku tidak mau orang lain terbebani dengan urusan dan permasalahan pribadiku sementara urusan dan permasalahannya setumpuk. Aku tidak mau ketergantungan dengan kuping orang lain. Aku harus membangun sikap positif diriku sendiri bahwa aku bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membebani orang lain.
Kenapa aku sangat membatasi curhat dengan orang lain? Karena aku mempunyai Tuhan yang kesabaran-Nya tanpa batas. Terkadang teman curhat adakalanya bosan dengan curhatanku. Tapi Tuhan dengan kasih sayang-Nya akan memberikan kelapangan bagi jiwaku dengan jalan-jalan petunjuk-Nya. Dia yang tidak pernah tertidur. Dia yang Maha Tahu atas segala sesuatu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.
Ada sebuah ironi yang menjadi karakter manusia. Otak kita sudah terkonsep jika ban motor bocor maka yang pertama kali terpikir adalah tukang tambal ban. Jika fisik kita sakit yang terpikir dalam otak kita adalah dokter. Tapi ketika kita mempunyai masalah apakah Tuhan yang ada dikepala kita?
Sebagai penutup kiranya ada beberapa orang yang perlu diperhatikan tentang kriteria teman curhat, terlebih ketika iman sedang tipis (nasihat untuk diri sendiri). Pertama, lawan jenis. Seorang teman pernah menasihati bahwa menghindari fitnah harus didahulukan daripada mengambil manfaat. Lawan jenis memang konduktor yang bagus untuk penghantar fitnah. Setegas apapun kita menyatakan bahwa semua yang terjadi masih dalam koridor tapi Tuhan lebih tahu isi hati kita. Kedua, orang yang sudah berkeluarga. Fitnahnya akan lebih dasyat dari yang pertama. Seorang teman pernah memberikan nasihat apabila kita mempunyai urusan dengan seseorang yang sudah berkeluarga maka mintalah izin kepada pasangannya terlebih dahulu. Apabila pasangannya sudah memberikan izin maka jadikanlah pasangannya itu sebagai saksi dari pada urusan kita dengannya. Dan jangan ditunaikan urusan itu jika pasangannya tidak meridhainya jika urusan itu hanya masalah pribadi. Sehingga wajar terjadi jika seorang pasangan cemburu bahkan mencurigai pasangannya karena kedekatannya dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan apapun. Possessive kah? Ada baiknya pertanyaan itu dibalik, "Benarkah tindakanku?"
Wallahu'alam
Note: Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi jadi sifatnya lebih subyektif. Tidak ada larangan untuk berbeda pendapat ataupun sependapat. Yang penting persaudaraan tetap dijaga.
1 komentar:
Silkan yg mau curhat .
Posting Komentar